Majlis Quran, 15 Mei 2016, Lap. PTPN Jember
Mewariskan Generasi Surga buat Indonesia
Kajian oleh Ust. Marendra Darwis
Ditulis kembali oleh dr. Riswan Febrianto
Hari ini kita dihadapkan dengan generasi
Indonesia yang mengerikan. Kasus pemerkosaan bergerombolan yang diikuti
pembunuhan (kasus YY) di Bengkulu, kemudian di Surabaya ada geng anak-anak
SD-SMP yang beramai-ramai mencabuli 1 siswi SMP menjadi cerminan seperti apa
generasi muda Indonesia hari ini. 2 kasus tersebut ibarat fenomena gunung es,
hanya sedikit yang terungkap sementara masih banyak kasus yang tidak terekspos
media.
Ada lagi anak kelas 6 SD (12 th) yang
dikeluarkan sekolah karena MBA. Tidak hanya penyakit jasmani yang ‘memuda’, penyakit
ruhani juga semakin menyerang remaja, bahkan anak-anak. Di Kediri juga ada
kasus incest, kakaknya perempuan kelas 2 SMA berhubungan intim dengan adiknya yang
laki-laki kelas 3 SMP. Parahnya, hubungan tersebut dilakukan tanpa pengaruh
alkohol, dalam kondisi kesadaran penuh dan beberapa kali. Ternyata ayahnya
bekerja di Brunei, sementara ibu di Malaysia. Mereka berdua tinggal bersama neneknya
di rumah yang terpisah. Ada lagi kasus anak SD yang kedapatan membawa buku
bergambar porno ke sekolah. Ketika ditanya dapat dari mana buku tersebut?,
dengan santai sang anak menjawab, “Aku ambil dari kamar bapak.” Padahal syariat
telah mengajarkan pula bahwa seorang anak tidak boleh memasuki kamar orang
tuanya pada 3 waktu, yaitu shubuh, dhuhur, & isya’. Sekali lagi, itu hanya
kasus yang terungkap, bagaimana dengan kasus-kasus lain yang tidak terungkap??
Ada berapa banyak kasus sejenis lainnya?? Sudah seberapa parah kerusakan generasi
muda kita??
Kenyataan hari ini begitu menakutkan!
Seolah-olah kehancuran generasi masa depan Indonesia sudah sangat jelas.
Relakah kita jika kelak ada guru-guru sejarah bercerita, “Dahulu ada negara
bernama Indonesia.” ?? Melihat kerusakan generasi muda Indonesia saat ini,
bukan tidak mungkin jika kelak negara kita akan hilang. Contoh lain sudah ada
Uni Soviet, Cekoslovakia, dll.
Salah satu diantara penyebab kehancuran
generasi saat ini adalah karena adanya ‘agama’ baru yang dikenal dengan nama
‘medsos’. Memang tidak semua yang berkaitan dengan medsos itu buruk, tetapi pengaruh
buruk media sosial begitu mudah masuk ke dalam rumah-rumah umat muslim hari
ini. Mulai pornografi, pemikiran-pemikiran sesat, interaksi yang berlebihan
antara lawan jenis (pacaran), dan begitu banyak dampak negatif lain dapat
menyebar melalui medsos. Selain itu, dalam salah satu penelitian disebutkan
bahwa hari ini orang-orang menghabiskan 6-7 jam waktunya di depan layar
gadgetnya.
Allah berfirman dalam Al Quran surah
Maryam: 59 “Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan
shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat.”
Allah telah mengingatkan bahwa kelak
akan ada generasi dengan ciri-ciri: 1. meninggalkan sholat; 2. mengikuti hawa
nafsu, dan Allah tegaskan bahwa generasi itu kelak akan tersesat. Apakah ini generasi
Indonesia saat ini? Semoga bukan...
Sebaliknya, Allah juga berfirman dalam QS.
Al Kahfi: 13. “Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan
sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka,”
Pertanyaannya kemudian adalah, generasi
seperti apakah yang kelak kita wariskan? Generasi seperti yang disebutkan dlm
QS. Maryam: 59 atau generasi seperti yang disebut dlm QS. Al Kahfi: 13?
Bagaimana cara agar kelak terwariskan
generasi surga bagi negara kita? Allah telah menjawabnya dalam QS. Maryam: 60, yang
merupakan lanjutan QS. Maryam: 59. Allah berfirman dlm QS. Maryam: 60, “kecuali
orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan kebajikan, maka mereka itu akan
masuk surga dan tidak dizalimi (dirugikan) sedikitpun.”
Perbaikan generasi setidaknya melibatkan
4 unsur. Keluarga, sekolah, masyarakat, serta anak itu sendiri. Keluarga
sebagai lini pertama harus menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak-anak sejak
kecil. Ibu & ayah memiliki peran vital dalam unsur ini. Sekolah sbg lembaga
pendidikan formal, guru-guru harus bekerja sama, berkoordinasi dengan orang tua
dalam hal pendidikan bagi anak-anak. Masyarakat sbg tempat dimana anak-anak
melakukan interaksi sosial secara luas juga harus menciptakan lingkungan tumbuh
yang baik. Terakhir dari pribadi anak itu sendiri harus memiliki kepribadian
islami yang kuat sehingga mampu dengan tegas membedakan kebaikan &
keburukan.
Perbaikan generasi ini merupakan tugas
kita bersama. Apakah karena keluarga kita baik-baik saja, tidak mengalami
kerusakan moral kemudian kita lantas diam saja? Ingatlah bahwa dlm sebuah
hadits Rasulullah pernah mengisyaratkan, bahwa suatu umat adalah segerombolan
penumpang yang sedang menaiki kapal. Kemudian di antara seluruh penumpang, ada
penumpang di bagian kapal paling bawah yang kehausan dan berusaha melubangi
kapal agar mendapat air untuk diminum. Lalu apakah penumpang lain bisa diam
saja? Tentu tidak. Karena ketika penumpang lain diam saja, maka seluruh
penumpang kapal akan tenggelam semuanya tanpa terkecuali meski penumpang lain
tidak ikut merusakkan kapal. Begitu pula kondisi umat saat ini, jika ada
kerusakan di satu sisi maka yang lain juga harus berusaha memperbaikinya.
Perahu kita ‘Indonesia’ saat ini sedang berusaha dilubangi oleh banyak orang di
berbagai sisi, maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali kita harus
menghentikan para perusak itu dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang sudah
ada. Ingatlah pesan Ali bin Abi Thalib ra. bahwa kejahatan yang terstruktur
dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terstruktur. Kemaksiatan terjadi bukan
karena dahsyatnya kemaksiatan itu, tapi karena diamnya orang-orang baik.
Harapan itu selalu ada bagi kita untuk
membenahi anak muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar