Kamis, 19 Mei 2016

Kajian: Mewariskan Generasi Surga buat Indonesia


Majlis Quran, 15 Mei 2016, Lap. PTPN Jember
Mewariskan Generasi Surga buat Indonesia
Kajian oleh Ust. Marendra Darwis
Ditulis kembali oleh dr. Riswan Febrianto

Hari ini kita dihadapkan dengan generasi Indonesia yang mengerikan. Kasus pemerkosaan bergerombolan yang diikuti pembunuhan (kasus YY) di Bengkulu, kemudian di Surabaya ada geng anak-anak SD-SMP yang beramai-ramai mencabuli 1 siswi SMP menjadi cerminan seperti apa generasi muda Indonesia hari ini. 2 kasus tersebut ibarat fenomena gunung es, hanya sedikit yang terungkap sementara masih banyak kasus yang tidak terekspos media.
Ada lagi anak kelas 6 SD (12 th) yang dikeluarkan sekolah karena MBA. Tidak hanya penyakit jasmani yang ‘memuda’, penyakit ruhani juga semakin menyerang remaja, bahkan anak-anak. Di Kediri juga ada kasus incest, kakaknya perempuan kelas 2 SMA berhubungan intim dengan adiknya yang laki-laki kelas 3 SMP. Parahnya, hubungan tersebut dilakukan tanpa pengaruh alkohol, dalam kondisi kesadaran penuh dan beberapa kali. Ternyata ayahnya bekerja di Brunei, sementara ibu di Malaysia. Mereka berdua tinggal bersama neneknya di rumah yang terpisah. Ada lagi kasus anak SD yang kedapatan membawa buku bergambar porno ke sekolah. Ketika ditanya dapat dari mana buku tersebut?, dengan santai sang anak menjawab, “Aku ambil dari kamar bapak.” Padahal syariat telah mengajarkan pula bahwa seorang anak tidak boleh memasuki kamar orang tuanya pada 3 waktu, yaitu shubuh, dhuhur, & isya’. Sekali lagi, itu hanya kasus yang terungkap, bagaimana dengan kasus-kasus lain yang tidak terungkap?? Ada berapa banyak kasus sejenis lainnya?? Sudah seberapa parah kerusakan generasi muda kita??
Kenyataan hari ini begitu menakutkan! Seolah-olah kehancuran generasi masa depan Indonesia sudah sangat jelas. Relakah kita jika kelak ada guru-guru sejarah bercerita, “Dahulu ada negara bernama Indonesia.” ?? Melihat kerusakan generasi muda Indonesia saat ini, bukan tidak mungkin jika kelak negara kita akan hilang. Contoh lain sudah ada Uni Soviet, Cekoslovakia, dll.
Salah satu diantara penyebab kehancuran generasi saat ini adalah karena adanya ‘agama’ baru yang dikenal dengan nama ‘medsos’. Memang tidak semua yang berkaitan dengan medsos itu buruk, tetapi pengaruh buruk media sosial begitu mudah masuk ke dalam rumah-rumah umat muslim hari ini. Mulai pornografi, pemikiran-pemikiran sesat, interaksi yang berlebihan antara lawan jenis (pacaran), dan begitu banyak dampak negatif lain dapat menyebar melalui medsos. Selain itu, dalam salah satu penelitian disebutkan bahwa hari ini orang-orang menghabiskan 6-7 jam waktunya di depan layar gadgetnya.
Allah berfirman dalam Al Quran surah Maryam: 59 “Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat.”
Allah telah mengingatkan bahwa kelak akan ada generasi dengan ciri-ciri: 1. meninggalkan sholat; 2. mengikuti hawa nafsu, dan Allah tegaskan bahwa generasi itu kelak akan tersesat. Apakah ini generasi Indonesia saat ini? Semoga bukan...
Sebaliknya, Allah juga berfirman dalam QS. Al Kahfi: 13. “Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka,”
Pertanyaannya kemudian adalah, generasi seperti apakah yang kelak kita wariskan? Generasi seperti yang disebutkan dlm QS. Maryam: 59 atau generasi seperti yang disebut dlm QS. Al Kahfi: 13?
Bagaimana cara agar kelak terwariskan generasi surga bagi negara kita? Allah telah menjawabnya dalam QS. Maryam: 60, yang merupakan lanjutan QS. Maryam: 59. Allah berfirman dlm QS. Maryam: 60, “kecuali orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan kebajikan, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizalimi (dirugikan) sedikitpun.”
Perbaikan generasi setidaknya melibatkan 4 unsur. Keluarga, sekolah, masyarakat, serta anak itu sendiri. Keluarga sebagai lini pertama harus menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak-anak sejak kecil. Ibu & ayah memiliki peran vital dalam unsur ini. Sekolah sbg lembaga pendidikan formal, guru-guru harus bekerja sama, berkoordinasi dengan orang tua dalam hal pendidikan bagi anak-anak. Masyarakat sbg tempat dimana anak-anak melakukan interaksi sosial secara luas juga harus menciptakan lingkungan tumbuh yang baik. Terakhir dari pribadi anak itu sendiri harus memiliki kepribadian islami yang kuat sehingga mampu dengan tegas membedakan kebaikan & keburukan.
Perbaikan generasi ini merupakan tugas kita bersama. Apakah karena keluarga kita baik-baik saja, tidak mengalami kerusakan moral kemudian kita lantas diam saja? Ingatlah bahwa dlm sebuah hadits Rasulullah pernah mengisyaratkan, bahwa suatu umat adalah segerombolan penumpang yang sedang menaiki kapal. Kemudian di antara seluruh penumpang, ada penumpang di bagian kapal paling bawah yang kehausan dan berusaha melubangi kapal agar mendapat air untuk diminum. Lalu apakah penumpang lain bisa diam saja? Tentu tidak. Karena ketika penumpang lain diam saja, maka seluruh penumpang kapal akan tenggelam semuanya tanpa terkecuali meski penumpang lain tidak ikut merusakkan kapal. Begitu pula kondisi umat saat ini, jika ada kerusakan di satu sisi maka yang lain juga harus berusaha memperbaikinya. Perahu kita ‘Indonesia’ saat ini sedang berusaha dilubangi oleh banyak orang di berbagai sisi, maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali kita harus menghentikan para perusak itu dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang sudah ada. Ingatlah pesan Ali bin Abi Thalib ra. bahwa kejahatan yang terstruktur dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terstruktur. Kemaksiatan terjadi bukan karena dahsyatnya kemaksiatan itu, tapi karena diamnya orang-orang baik.
Harapan itu selalu ada bagi kita untuk membenahi anak muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar